Isra’ Mi’raj: Perjalanan Luar Biasa Nabi Muhammad SAW

Sejarah Isra’ Mi’raj menjadi tonggak peristiwa bersejarah sangat penting dalam proses peradaban dan perkembangan agama Islam sampai hari ini, karena dari peristiwa Isra’ Mi’raj itulah secara defacto Allah SWT bertitah kepada makhluk-Nya untuk menyembah-Nya melalui ibadah sholat 5 waktu dalam sehari semalam.

Kitab suci Al-Qur’an mencatat kisah sejarah Isra’ dalam Isra’ Mi’raj dalam Surat Al-Isra Ayat 1 yang artinya : “Mahasuci (Allah), yang telah memperjalankan hamba-Nya (Muhammad) pada malam hari dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqsa yang telah Kami berkahi sekelilingnya agar Kami perlihatkan kepadanya sebagian tanda-tanda (kebesaran) Kami. Sesungguhnya Dia Maha Mendengar, Maha Melihat.”

Peristiwa Mi’raj dalam Isra’ Mi’raj juga tercatat dalam Al Quran yaktu dalam Surat An-Najm Ayat 13-15 : “Dan sesungguhnya Muhammad telah melihat Jibril itu (dalam rupa yang asli) pada waktu yang lain (13). Yaitu di Sidratul Muntaha (14). Di dekatnya ada surga tempat tinggal (15).”

Isra’ Mi’raj adalah merupakan dua peristiwa berbeda, yang terjadi pada waktu yang sama. Isra’ adalah perjalanan malam yang dilakukan oleh Nabi Muhammad SAW dari Masjidil Haram di Makkah menuju Masjidil Aqsha di Palestina. Jarak kedua kota itu pada sekitar tahun 621 Masehi adalah 1239 Kilometer.

Jika jarak itu ditempuh dengan perjalanan naik unta atau kuda pada, normalnya membutuhkan waktu sekitar satu bulan perjalanan, tetapi pada saat itu Nabi menempuhnya dengan hanya waktu satu malam.

Sedangkan Mi’raj adalah peristiwa naiknya Nabi Muhammad SAW dari Masjidil Aqsha ke langit ke 7, Sidratul Muntaha untuk bertemu dengan Allah SWT.

Sidratul Muntaha merupakan puncak dari segala puncak pengetahuan yang paling mungkin bisa dicapai oleh makhluk ciptaan Allah SWT. Dalam Surat An-Najm Ayat 17 dijelaskan bahwa : “Penglihatannya (Muhammad) tidak menyimpang dari yang dilihatnya itu dan tidak (pula) melampauinya.”

Ditempat itu pula Nabi Muhammad menerima perintah ibadah sholat untuk umat islam. Awalnya perintah sholat berjumlah 50 waktu sehari, Nabi pun menerimanya tanpa membantah. Kemudian saat Nabi Muhammad turun, Nabi Muhammad bertemu dengan Nabi Isa yang mengingatkan kepada Muhammad bahwa jumalah itu terlalu banyak.

Nabi Muhammad pun kemudian naik kembali untuk meminta keringanan jumalah kepada Allah SWT. Hingga akhirnya sampai pada jumlah 5 waktu dalam sehari semalam, Nabi Isa mengingatkan kembali kepada Muhammad akan jumlah itu, tapi Nabi Muhammad sudah merasa malu untuk memohonnya lagi.

Peristiwa Isra’ Mi’raj mengajarkan kita banyak hal. Salah satunya adalah betapa pentingnya shalat sebagai tiang agama. Allah memberikan perintah ini langsung, bukan melalui perantara, menunjukkan betapa shalat adalah ibadah yang istimewa. Selain itu, perjalanan ini juga mengajarkan kita tentang kekuatan iman. Bayangkan, Abu Bakar Ash-Shiddiq langsung membenarkan kisah ini tanpa ragu, hingga beliau diberi gelar “Ash-Shiddiq” (yang membenarkan). Jadi, dari kisah perjalanan Nabi SAW kita dapat mempelajari bahwa Allah Maha Kuasa, dan kita harus selalu menjaga hubungan dengan-Nya melalui shalat. Jadikan shalat sebagai prioritas dalam hidup kita, karena itu bukan sekadar kewajiban, tetapi sebuah hadiah istimewa dari Allah SAW untuk umat Islam.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *